Senin, 25 Maret 2019

jangan ikutan itungan weton

Hubungan Jodoh Dengan Weton/hari lahir.!

Dalam hukum islam tidak pernah mengajarkan model pitungan weton untuk meramalkan masa depan seseorang. Semua makhluk dibatasi ruang dan waktu. Dalam arti semua manusia memiliki tempat lahir dan tanggal lahir. Dan kita tidak pernah mengetahui adanya aturan dalam islam yang mengajarkan hubungan antara tempat dan tanggal lahir dengan taqdir yang akan dialami seseorang.

Betapa banyak pasangan yang wetonnya tidak selaras, tapi rumah tangganya nyaman sampai tua. Sebaliknya, betapa banyak pasangan yang wetonnya selaras, tapi rumah tangganya hanya seumur jagung.

Karena itu, ketika seseorang meyakini adanya hubungan weton dengan jodoh, hakekatnya dia sedang meyakini sebuah khayalan dusta.

Akan tetapi permasalahannya tidak berhenti sampai di sini. Ada banyak konsekuensi negatif ketika seseorang mempertahankan keyakinan ini,

Pertama, kita mengimani Allah Maha Adil dan Allah mengharamkan atas diri-Nya perbuatan dzalim. Dalam beberapa ayat, Allah meniadakan sifat dzalim dalam diri-Nya. Diantaranya Allah berfirman,

وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ

“Allah tidak menghendaki kedzaliman bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 108).

Sementara menentukan di mana kita lahir dan kapan kita lahir, semuanya di luar kehendak bayi yang dilahirkan. Dan tentu saja menjadi tindak kedzaliman ketika keberuntungan dan kesialan itu Allah tentukan berdasarkan tanggal lahir.

Ketika bayi yang dilahirkan di tanggal tertentu lebih beruntung dibandingkan yang dilahirkan di tanggal lainnya, tentu saja ini tidak sejalan dengan prinsip keadilan.

Kedua, memiliki keyakinan semacam ini hakekatnya berbicara atas nama Allah tanpa dalil

Kita mengakui, kalender itu buatan manusia. Demikian pula nama tempat. Ketika seseorang menghubungkan antara tempat dan tanggal lahir dengan takdir, berarti dia mengkaitkan kehendak Allah dengan sesuatu yang itu murni buatan manusia. Dan itu artinya dia berbicara atas nama Allah tanpa dalil.

Dan tindakan ini termasuk dalam daftar dosa besar. Allah berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-A’raf: 33).

Karena itulah, perbuatan semacam ini dinilai sebagai bentuk kesyirikan. Dalam istilah aqidah disebut Tiyaroh. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya kesyirikan.

dari sahabat Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا

“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad 3759, Abu Daud 3912, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

Ilmu Pitungan, Sumber Perdukunan

Ilmu menghitung tanggal lahir, sejatinya tidak jauh berbeda dengan ilmu astrologi. Mungkin hanya pendekatannya saja yang berbeda. Menghubungkan rasi bintang dengan karakter atau masa depan manusia.

Dalam kajian aqidah, ilmu astrologi, yang menghubungkan rasi bintang dengan karakter manusia dinamakan tanjim (ilmu nujum). Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

Siapa yang mempelajari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sepotong bagian ilmu sihir. Semakin dia dalami, semakin banyak ilmu sihir pelajari. (HR. Ahmad 2000, Abu Daud 3905, Ibn Majah 3726, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Hadis ini menunjukkan ancaman terhadap mereka yang menggunakan astrologi sebagai acuan menebak karakter atau sifat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensejajarkan ilmu ini dengan ilmu sihir.

Termasuk juga ilmu pitungan. Karena hakekatnya sama.

Jangan Anggap Sepele

Pitungan, nampaknya sepele, ternyata membawa petaka aqidah bagi manusia. Ketika anda menanyakan masa depan anda dengan pasangan anda kepada ahli pitungan, berarti sama halnya anda bertanya kepada dukun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim 2230).

Pertimbangan Menikah dalam Islam

Ketika anda berumah tangga, ukuran kebahagiaan kedua pasangan dikendalikan oleh cinta. Dan cinta tidak semua berkembang karena harta. Meskipun terkadang harta menjadi salah satu motivasinya. Sebagaimana ketika di awal berumah tangga semangat cinta naik turun, ini juga terjadi ketika pasangan telah menginjak usia senja. Kadang naik, kadang turun.

Karena itulah, islam menganjurkan agar ketika kita memilih pasangan, kita mempertimbangkan tingkat ketaqwaannya. Karena orang yang bertaqwa akan berusaha menjauhkan dirinya dari karakter dzalim.

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau akan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Demikian pula para wali, mereka dianjurkan untuk menerima pinangan lelaki yang bertaqwa untuk putrinya.

Dari Abu Hatim al-Muzanni Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ

Jika telah datang kepada kalian lelaki (untuk meminang) yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak perempuan kalian). Karena jika tidak, maka niscaya akan terjadi musibah dan kerusakan di bumi. (HR. Turmudzi 1108, Ibn Majah 2043 dan dihasankan al-Albani).

Orang yang bertaqwa, sekalipun dia tidak mencintai pasangannya, dia akan bersikap adil dan tidak akan bertindak dzalim.

Ada seseorang yang mendatangi Hasan al-Bashri untuk konsultasi, siapa yang layak untuk dinikahkan dengan putrinya. Kemudian Hasan menasehatkan,

زوِّجْها التقيَّ؛ فإنه إن أحبَّها أكرمَها، وإن كَرِهها لم يُهِنها

Nikahkan dia dengan orang yang bertaqwa. Ketika dia masih mencintai istrinya, dia akan memuliakannya. Dan ketika dia sudah tidak sayang dengan istrinya, dia tidak akan menghinakannya.

Semoga setelah ini tidak ada lagi yang bertanya soal ramalan jodoh.

Allahu a’lam.

Sumber: Konsultasisyariah. com

sumber grup wa

Jumat, 15 Maret 2019

Tujuan terorisme

Tujuan terorisme adalah meyebarkan rasa takut, khawatir dan membuat kepanikan masyarakat

Tidak tidak sejalan dengan ajaran Islam, Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

 لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (Shahih Sunan Abi Dawud)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan kejadian Teror/bom oleh orang yang tidak bertanggung jawab:

1. Harap jangan mengaitkan kejadian teror/bom dengan agama apapun, karena terorisme tidak punya agama, apalagi sangat bertentangan dengan ajaran Islam

2. Tetap tenang, tidak ikut menyebarkan berita terkait yang tidak jelas sumbernya atau membuat panik
maka kita akan membantu tujuan teror yaitu menyebarkan kepanikan dan ketakutan

3. Tidak ikut menyebarkan gambar-gambar korban, karena:
-Akan membantu menyebarkan ketakutan di masyarakat
-Keluarga korban akan semakin sedih gambar keluargnya dengan rusak jenasahnya tersebar
-Jenasah kadang auratnya terbuka

4. Berdoa semoga negara kita tetap diberikan keamanan
Memang banyak analisa-analisa, komentar atau caci-maki kepada pelaku, tetapi sejenak berdoa kepada Allah agar negara kita tetap aman karena aman adalah kenikmatan terbesar sebagaimana tafsir surat Al-Baqarah: 155

di mana rasa takut (lawan dari aman) sebagai musibah disebut paling pertama kali

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit KETAKUTAN, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqoroh [2] : 155)

@Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

from grup WA